top of page

SHAAP: KAPAN LAGI KOSTUM 70 RIBUAN BISA LOLOS KOMPETISI SKALA NASIONAL




ICGP-VD atau ICGP Video Division telah ditutup 30 Mei 2022 dan dari sekian banyak pendaftaran yang diterima ada 4 kelompok yang berhasil lolos ke Final ICGP-VD 2022, salah satunya adalah tim SHAAP yang anggotanya adalah Sisil dan Gevan dari Yogyakarta. Artikel ini akan membagikan serunya persiapan mereka selama proses pembuatan video dan tanggapan mereka mengenai keikutsertaan dalam kompetisi nasional yang ke-10 ini.


Berdasarkan interview yang dilakukan, tim dari Jogjakarta ini ikut serta dalam kompetisi ICGP tahun ini dengan perasaan “nothing to lose” karena mereka berpikir mereka hanya cosplayer biasa dengan skill yang tidak terlalu hebat untuk ikut serta. “Kami bukan maker mas, kita bukan maker yang uwow, cuman cosplayer hobi doang sih” ujar Sisil. Mereka sendiri ikut ICGP hanya sekedar untuk menantang diri mereka apakah cosplayer biasa itu mampu untuk bersaing dengan peserta lainnya.


Awalnya tidak ada niatan untuk serius berpartisipasi, namun dengan persiapan 3 minggu, ternyata tim ini mampu untuk menyelesaikan misi mereka menjadi peserta ICGP-VD tahun ini. Untuk pemilihan karakternya, mereka terinspirasi oleh juara WCS 2018 yang membawakan karakter Dhalsim, mereka berpikir bahwa dengan kostum sederhana pun bisa maju ke panggung dunia, “WCS 2018 itu mereka koloran aja bisa menang, eh, dia mau dong (sambil menunjuk Gevan)” ucap Sisil, maka sepakatlah untuk memilih karakter yang tidak sulit dalam pengerjaan kostumnya dan lebih fokus ke penampilan dalam video yang akan dilombakan.


Karakter Angra Mainyu dan Chloe Von Einzbern dari Fate Grand Order menjadi pilihan karena menurut mereka cukup mudah secara bahan tapi tidak terlalu sederhana, “Angra Mainyu karena nyaris bugilan mas... hehe” ucap Gevan. Menurut Sisil, karakter yang diperankan Gevan tidak mudah terutama dibagian tato nya, “Kita buat tato nya sekitar 2 jam loh”. Adapun bahan yang dipergunakan oleh mereka pun cenderung ekonomis, dengan dominan kain merah saja mereka sanggup membuat kostum dengan baik, “Buat kostum kami beli 3 meter berdua sekitar Rp70,000, karena budget kita terbatas” jelas Sisil.





Menurut penuturan mereka, hal yang cukup memberatkan dalam penggarapan kostum ini adalah senjata kedua karakter, mereka harus mengeluarkan dana Rp100,000 untuk bahan senjata, “budget Rp100,000 itu mahal buat kita di sini, hehe” ujar Sisil, sementara Gevan menyampaikan “untuk tato kita diberi saran menggunakan waterproof”. Meskipun sulit namun mereka puas dengan hasilnya karena mereka mendapat support teman-teman cosplayer Jogja lainnya.


Untuk proses syuting video nya sendiri, Sisil dan Gevan memilih tempat yang lapang dan berumput sesuai dengan cuplikan di game nya. Kaliurang menjadi tempat yang dipilih mereka dan perjuangan saat syuting pun tidak kalah seru, ketika menuju kesana ada masalah dimana kendaraan mereka mengalami ban bocor dan ketika sampai disana, ternyata tempatnya ramai dengan pengunjung. Sisil juga ungkapkan tentang kendala hujan ketika mereka akan syuting, “waktu kita mau syuting, hujan turun deras mas, tato dia luntur semua dong”. Karena keadaan tersebut, mereka pun pindah lokasi, dan melakukan perbaikan tato untuk syuting selanjutnya, “sumpah mas, itu tato nya dia kena hujan jelek banget” ujar Sisil.


Mereka mengungkapkan bahwa lebih sulit syuting videonya dibanding membuat kostumnya, karena banyak hambatan yang didapatkan. Karena kendala kesibukan juga, mereka hanya melakukan syuting selama sehari penuh, sambil berjalan syuting sekaligus survey kecocokan area supaya sesuai dengan konsepnya.


Dalam hal pembawaan cerita, mereka memilih untuk membawakan cerita yang mirip dengan juara ICGP-VD sebelumnya yang lebih memperkuat unsur cerita karena paham jika kostum mereka belum bisa bersaing. Setelah syuting selesai pun, tidak serta merta Sisil dan Gevan merasa lega, mereka harus membersihkan diri dan tentunya melakukan editing video, “Setelah syuting, yang paling susah bersihkan tato nya mas, 1 jam mandi gak bersih-bersih sambil kepikiran editnya gimana” ujar Gevan.





Tim SHAAP pun menyampaikan harapan dan kesan tentang keikutsertaan mereka mengikuti ICGP dimana Sisil berharap banyak cosplayer ikut serta dalam ICGP meskipun mereka hanya cosplayer biasa, “setelah kita ikut, ternyata ICGP itu gak seseram yang dibayangkan, kami yang cosplayer bukan murni maker aja, bisa ikut dan lolos” ujar Sisil.


Mereka juga menyampaikan jika dengan budget terbatas masih bisa ikut, yang penting masih ada keinginan untuk maju, “dengan modal tidak sampai Rp300,000 kita berdua lolos ICGP, kapan lagi, terus berdua ngebugil lagi” jelas Sisil. Gevan menambahkan “buat cosplayer siapapun lebih pede, ikut ya ikut aja, di-enjoy-in aja”, menurut mereka lebih baik menyesal ikut daripada menyesal tidak ikut, karena jika sudah ikut jadi tahu bagaimana daripada rasanya, tidak hanya bayangan saja.


Tonton VIDEO TIM SHAAP di sini


bottom of page